JOGJA, iseijogja.org – ISEI Cabang Yogyakarta didukung oleh Bank BPD DIY menyelenggarakan “Ngobrol Ramadhan dan Bukber” putaran ke-4 di Kantor Pusat Bank BPD DIY, Yogyakarta (Selasa, 25/03/25). Selaku pemicu obrolan adalah Santosa Rochmad (Dirut Bank BPD DIY). Bertindak selaku moderator Ronny Sugiantoro (Jurnalis Senior) yang juga Humas ISEI Cabang Yogyakarta.
“Bank BPD DIY siap mendukung Visi Gubernur DIY dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) DIY Tahun 2022-2027 dalam mewujudkan Pancamulia Masyarakat Yogya melalui Reformasi Kalurahan, Pernberdayaan Kawasan Selatan, serta Pengembangan Budaya, Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi informasi”, jelas Santosa Rochmad.
Menurut Santosa, dukungan tersebut: (1) Reformasi Kalurahan dengan penguatan jaringan Bank BPD DIY mendukung pertumbuhan wilayah desa/Kalurahan. (2) Bank BPD DIY mendukung pemberdayaan kawasan selatan (Gunungkidul, Bantul, Kulonprogo) khususnya pariwisata melalui berbagai inovasi digital. (3) Mendukung Pengembangan Budaya Inovasi dan Pemanfaatan Teknologi Informasi seperti Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETPD) serta dukungan bagi Tim Percepatan dan Periuasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) guna mendukung peningkatan penerimaan daerah.
Materi yang disampaikan Dirut Bank BPD DIY mendapat tanggapan dari peserta diskusi. Dorothea Wahyu Ariani (Guru Besar FE Universitas Mercu Buana/UMB) yang menyebutkan pengembangan sumberdaya manusia Desa diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. “Perlu mendata sumberdaya masyarakat dan potensi desa untuk diberikan pelatihan dan pengembangan keterampilan bisa melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat dan KKN,” jelas Doroyhea yang juga Pengurus ISEI cabangYogyakarta.
Selanjutnya Lincolin Arsyad (Guru Besar FEB UGM) menegaskan pembangunan desa harus berbasis data, menggunakan data BPS. sehingga BPS perlu dilibatkan. Tugas pokok membangun desa adalah mengurangi kemiskinan di pedesaan. Keterlibatan Bank BPD DIY dalam membantu masyarakat miskin di perdesaan wajib diapresiasi. “Pemangku kepentingan lain harus bersinergi untuk membantu dan membangun desa sekaligus mengurangi kemiskinan di pedesaan,” tandasnya
Budiharto Setyawan (Pengusaha/Komisaris Hotel Novotel Suites), menyatakan DIY sebagai wilayah yang mengandalkan pariwisata sebagai salah satu engine of growth maka ketersediaan pasokan produk pertanian dan peternakan dari wilayah DIY sendiri menjadi sangat penting. Pemda DIY bisa menangkap peluang itu dengan berupaya mewujudkan kemandirian pangan masyarakat melalui pendayagunaan sumber daya, kelembagaan, dan budaya,” papar Budiharto.
Selanjutnya Budiharto memberi contoh, Lumbung Mataraman di Gulurejo Kulonprogo berbasis masyarakat dengan menanam kelengkeng dan anggur. Kabupaten Sleman juga menjadi lumbung pertanian sehat untuk produk strategis padi, telur dan cabai. Memenuhi pasokan produk pertanian dan peternakan sesuai kualitas yang dibutuhkan sektor horeca pendukung wisata (hotel, restoran, catering/cafe).
Gumilang AS (Wakil Ketua ISEI Cabang Yogyakarta) menyatakan pendanaan untuk desa dan kelurahan di DIY sudah baik dan berkelanjutan. “PR berikutnya adalah menentukan program desa dan kelurahan prioritas yang dijahit berdasarkan keunggulan dan potensi daerah,” tegasnya
Menurut Gumilang yang pertama dilakukan desa dan kelurahan perlu memastikan aspek tata kelola untuk memastikan efektivitas dana desa dan kelurahan untuk program prioritas. “Kedua, desa dan kelurahan perlu memastikan partisipasi komunitas dan representasi dalam pengambilan keputusan untuk inklusivitas program prioritas di desa dan kelurahan,” papar Gumilang yang juga Dosen FEB UGM.
Selanjutnya menurut Gumilang, pemerintah perlu menciptakan program pengembangan modal manusia terutama pelatihan untuk reskilling dan upskilling sesuai kebutuhan desa dan kelurahan. “Pemerintah provinsi dan kota/kabupaten bisa memberikan voucher pelatihan dan pelatihan dilaksanakan oleh mitra penyedia pelatihan yang berkualitas dan bereputasi baik universitas, sekolah tinggi, sekolah Vokasi, hingga lembaga pelatihan swasta,” jelas Gumilang.
Lebih lanjut Edy Suandi Hamid (Rektor UWM) menyebutkan ada potensi DIY yang belum dioptimalkan dalam pembangunan desa dan pengentasan kemiskinan di DIY. “Jumlahnya 430.000 orang atau 10.4 persen dan tertinggi di Jawa. Potensi ini bisa melibatkan 106 PTN dan PTS di DIY,” papar Edy yang juga Guru Besar FE UII.
Disebutkan Perguruan Tinggi (PT) punya dana dan program riset serta pengabdian masyarakat yang seharussnya sebagian bisa difokuskan misalnya untuk membantu pengentasan kemiskinan di DIY di banyak pedesaan Kulonprogo, Gunungkidul dan Bantul,” jelas Edy.
Menuet Edy setiap tahun juga ada progran KKM, yang bisa melibatkan ribuan mahasiswa bisa diterjubkan di kantong kemiskinan atau membantu usaha mikro kecil secara berkesinambungan. “Artinya ada program yang bisa dilanjut mahasiswa berikutnya ketika satu tahap KKN selesai,” tegas Edy saat ini juga menjadi Ketua MES DIY.
Akademisi dari FEB UMY Ahmad Ma’ruf menyebutkan secara umum, kondisi sosial budaya perdesaan mengalami perubahan drastis seiring perkembangan lingkungan bisnis, kemajuan teknologi informasi, dan tingkat literasi. “Pembangunan ekonomi yang agresif cenderung abai pada dimensi sosial budaya. Nilai-nilai sosial masyarakat perdesaan mengalami pergeseran. Corak ikatan sosial paguyuban mulai luntur pada sisi lain karakteristik patembayan menguat,” paparnya
Menurut Ma’ruf, desa yang terkelola dengan model pembangunan berkelanjutan cenderung memiliki benteng sosial budaya yang baik. “Contoh desa yang maju sektor pariwisata berbasis wisata alam dan budaya seperti yang berkembang di Bali dan DIY maka kondisi sosial budayanya lebih terpelihara,” papar Ma’ruf yang aktif menjadi pendamping UMKM dan Koperasi di Perdesaan.
Hadir dalam “Ngobrol Ramadhan dan Bukber” tersebut antara lain Wawan Harmawan (Wawali Kota Yogyakarta), Ibrahim (Kepala BI DIY), Robby Kusumaharta (Wakil Ketua KADIN DIY), Dian Ariani (Direktur Kepatuhan Bank BPD DIY), AM Rini Setyastuti (Dosen FBE UAJY), Rudy Badrudin (Wakil Ketua ISEI Cabang Yogyakarta), Bogat AR (Pengusaha) dan Y. Sri Susilo (Sekretaris ISEI Cabang Yogyakarta). “Forum diskusi ISEI Cabang Yogyakarta selanjutnya akan diselenggarakan pada bulan April mendatang dengan topik Lebaranomics”, jelas Susilo dalam rilisnya kepada media.