Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Berkah Ramadan & Pertumbuhan Ekonomi

JOGJA, iseijogja.org – Bulan Ramadan di Indonesia menjadi bulan penuh berkah. Tidak hanya sarat dengan aktifitas yang disyariahkan, namun juga tradisi atau pemahaman sosial. Hal ini menjadi potensi dalam pengembangan bisnis, UMKM pariwisata, hospitality di Yogyakarta.

“Ngobrol Ramadan & Bukber” ISEI Cabang Yogyakarta putaran ke-1

JOGJA, iseijogja.org – Bulan Ramadan di Indonesia menjadi bulan penuh berkah. Tidak hanya sarat dengan aktifitas yang disyariahkan, namun juga tradisi atau pemahaman sosial. Hal ini menjadi potensi dalam pengembangan bisnis, UMKM pariwisata, hospitality di Yogyakarta.

“Orang yang berpuasa di Indonesia justru lebih konsumtif, terutama untuk makan minum yang memberi angin segar bagi usaha mikro dan kecil, menengah (UMKM),” ungkap Dirut PT Saraswanti Indoland Development Indoland, Tbk (The Alana Palagan Group), Bogat AR Sabtu (8/3) sore di Ruang Drupadi Hotel Alana Jalan Palagan Tentara Pelajar Km 7, Yogyakarta.

Selaku host dalam even “Ngobrol Ramadhan & Bukber” “Ekonomi & Berkah Ramadhan” yang digelar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Yogyakarta. Bogat memberikan pancingan materi diskusi yang disambut hangat para narasumber dengan moderator Wapemred KR Ronny S Viko. “Perlunya menyediakan makanan yang lebih banyak, baik jumlah maupun variasinya, menjadi peluang dan berkah pelaku UMKM,” tandas Boga.

Diskusi berlangsung hangat dan segar dengan masukan yang inspiratif dari kompeten dari para pejabat kompeten, profesional, akademisi, pengusaha. “Bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), bulan Ramadan jelas memberi berkah,” tandas Kepala OJK DIY Eko Yunianto. Tradisi masyarakat Indonesia saat bulan Ramadan akan membutuhkan takjil dan makanan buat berbuka puasa, baik yang  akan dikonsumsi di rumah maupun ditempat penjual.  “Termasuk tradisi masyarakat kita untuk menjalankan bukber (buka puasa bersama) baik dengan  relasi, komunitas maupun rekan kerja. Selama bulan Ramadan, konsumsi masyarakat akan semakin meningkat,” tandasnya

Hal ini  berdampak pada pendapatan para pelaku UMKM  khususnya yang bergerak di bidang makanan dan minuman yang  mengalami peningkatan dibandingkan dengan hari biasa diluar bulan ramadan. “UMKM pakaian/fashion  dan oleh-oleh bahan makanan. Tradisi merayakan Idul Fitrii dengan pakaian baru dan menyiapkan berbagai menu makanan dan kue lebaran, baik untuk family yang  datang bersilaturahmi maupun rekan kerja/tetangga, tentu akan mendorong peningkatan belanja masyarakat kita,” tutur Eko

Selain itu, bagi umat muslim momentum ramadan dimanfaatkan untuk saling berbagi dengan sesama karena mengharapkan pahala yg dilipatgandakan oleh Allah SWT

Senada Rektor UWM dan Ketua MES DIY Edy Suandi Hamid menyebutkan  ppada bulan Ramadan umat Islam yang sedikit berlebih, atau muzakki, banyak mengeluarkan sadaqah, infaq, dan kewajiban zakatnya. infaq dan sadaqah. “Perbuatan baik, di bulan Ramadan dilipatgandakan pahalanya oleh Allah SWT. Karenanya banyak yang berlomba,lomba membantu kaum dhuafa, miskin dan mustad afin.

“Jadi ada semacam “subsidi” atau transfer payment dari orang berpunya pada yang tidak atau kurang mampu. Mereka yang kurang mampu ini, karena kebutuhan, membelanjakan sebagian besar atau semua dana yang diterimanya,” jelasnya

Mereka yang miskin pasti bukan membeli barang mewah atau produk impor, melainkan kebutuhan-kebutuhan pokok, pangan, yang umumnya  merupakan produk usaha mikro dan kecil  Sehingga positif bagi usaha mikro kecil. Begitu juga bantuan barang pada kaum fakir, juga barang-barang produk usaha mikro kecil,

“Dorongan konsumsi seperti ini juga berkontribusi pada bulan Ramadhan. Namun ini positif untuk menstimulus perekonomian sepanjang tidak terkonsentrasi pada satu-dua produk,” tandas Edy.

Sedangkan  Guru Besar FEB UGM, Lincolin Arsyad menandaskan momentum Ramadan bisa untuk memberikan koreksi pemerintahan. “Korupsi dilarang karena menghambat pertumbuhan atau pembangunan ekonomi. Sebab hasil korupsi hanya dinikmati  oleh sebagian masyarakat atau koruptor,” tandasnya

Dalam konteks pencegahan korupsi, maka peran modal sosial untuk mendukung tindakan anti korupsi. “Kita dukung janji Presiden Prabowo dalam memberantas korupsi,” ujarnya

Sedang Gumilang Aryo Sahadewo yang juga akademisi dari UGM menyebutkan  bulan Ramadhan menjadi peluang UMKM berinovasi dan diferensiasi produk, serta layanan untuk menyesuaikan suasana dan tema Ramadhan. “Contoh sederhana adalah terkait inovasi packing untuk hampers. Budaya inovasi berkelanjutan menjadi salah satu strategi UMKM untuk adaptif terhadap perubahan permintaan di pasar,” tandasnya.

Lebih lanjut Akademisi STIE YKPN Rudy Badrudin menyebutkan  berkah yang dirasakan  UMKM.di Bulan Bulan Ramadhan dengan adanya lonjakan permintaan karena masyarakat muslim lebih banyak membeli makanan takjil dan kebutuhan khas Ramadhan. Perilaku ini juga diikuti oleh masyarakat non muslim krn terkait “kebersamaan yang migunani”.

“Peningkatan omzet karena dengan lebih banyaknya transaksi selama Bulan Ramadhan, UMKM dapat meraup keuntungan lebih besar. Apalagi mulai adanya pergeseran bukber di kantor dengan mengundang UMKM kuliner tuk memenuhi menu bukber,” paparnya

Ramadan juga .menjadi Media Promosi  karena banyaknya event seperti bazar dan pasar kaget yang dilakukan oleh kantor pemerintah dan swasta untuk  memperkenalkan UMKM ke pelanggan baru. “Inovasi Proses dan Produk UMKM akan lebih berorientasi jangka panjang yang berkelanjutan, termasuk pengembangan alat pembayaran UMKM,” jelasnya.

Sebelumnya Deputi Kepala KPwBI DIY Hermanto menyatakan  kegiatan-kegiatan di berbagai tempat publik dan masjid, seperti Pasar Ramadhan/Bazaar Ramadhan/Kampung Ramadhan dan sejenisnya, menjadi peluang bagi para pengusaha mikro dan kecil untuk memasarkan produknya.

“Peningkatan kebutuhan masyarakat di saat Ramadhan dan Idul Fitri menjadi berkah bagi usaha mikro dan kecil yang mampu memanfaatkan peluang ini. Tentu tetap diperlukan inovasi dan kreativitas dalam menciptakan dan memasarkan produknya,” tandasnya

Sedang Bendahara ISEI Cabang Yogyakarta & KADIN DIY Dian Ariani menyebutkan kebutuhan masyarakat di Ind pada bula  ini meningkat dibanding bulan-bulan biasa karena budaya untuk merayakan bersama keluarga dan membeli berbagai kebutuhan makanan minuman, pakaian dan  berbagai perlengkapan rumah tangga.

“Momentum ini perlu dimanfaatkan oleh UMKM dengan meningkatkan penjualan dengan promosi  menarik termasuk melalui media sosial dan  kualitas layanan yang  murah dan mudah, misalnya dengan kemudahan transaksi menggunakan QRIS, Mbanking,” tutur Dian yang juga Direktur Kepatuhan Bank BPD DIY.

Lebih lanjut  Ketua ISEI Cabang Yogyakarta Didi Achjari menyatakan  keramaian “dadakan” selalu muncul di bulan Ramadan. Keluarga, jamaah, kelompok masyarakat dan perkantoran banyak yang mengadakan acara buka puasa bersama.

“Acara diadakan di masjid/musholla, restoran atau di rumah. Selain itu masyarakat muslim secara individu juga sering membeli menu buka puasa dan sahur sebagai variasi. Membawa berkah kepada penjual makanan takjil dan pengusaha catering kebanyakan UMKM,” jelasnya

Akademisi FBE UAJY Y Sri Susilo menyebutkan  bulan Ramadhan bagi umat Islam dan Masa Pra Paskah bagi umat Kristiani saat ini dapat dimanfaatkan sebagai instropeksi diri bagi pelaku ekonomi, baik produsen, konsumen dan regulator, Apakah sudah melaksanakan hak serta kewajibannya dengan baik dan  benar.

“Jika hal tersebut tidak berjalan semestinya maka akan menggangu keseimbangan pasar, misalnya terjadi kenaikan harga yang dapat merugikan pelaku konsumen, khususnya konsumen Selama seluruh pelaku pasar dapat menjalankan perannya dengan baik dan benar maka kondisi pasar akan relatif stabil,” tegasnya

Wakil Ketua KADIN DIY Robby Kusumaharta menegaskan  bulan Ramadan menjadi momentum tepat, Now or Forever. Presiden Prabowo Subianto harus melakukan deregulasi dan debirokratisasi agar roda ekonomi dapat lebih cepat bergerak.

“Iklim investasi harus diciptakan lebih kondusif bagi investor asing dan domestik. Investor harus diberi kemudahan, baik regulasi maupun bentuk insentif lainnya,” tegasnya.

Menurut Robby, pemerintah harus profesional dan menerapkan kebijakan sesuai dengan regulasi. Serta menjauhi sikap dan perbuatan yang cenderung KKN (Korupsi, Kolusi & Nepotisme),” tegas Robby

Disebutkan peningkatan investasi langsung identik dengan pembukaan lapangan kerja baru yang dibutuhkan oleh generasi muda kita. “Iklim kompetisi juga dibuat lebih fair bagi pelaku domestik dan asing. Pelaku domestik juga harus mendapatkan perlindungan agar mampu bersaing,” pungkasnya.

Acara ngobrol diakhir dengan buka bersama. The Alana Hotel Palagan selaku tuan rumah juga membagikan sejumlah voucher belanja untuk peserta diskusi. Untuk acara putaran ke-2 akan dilaksanakan minggu depan dengan host Hotel Novotel Suites, Yoigyakarta.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *