Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

UMKM Tenun Bali Go Digital & Go Export

BALI, iseijogja.org – Departemen Komunikasi Bank Indonesia (Dekom BI) kembali menyelenggarakan Focused Group Discussion (FGD) Bagi Akademisi dan Peneliti se-Indonesia (Kamis-Jumat, 2-3/10/25).

Salah satu tahapan proses pembuatan kain tenun Bali

BALI, iseijogja.org – Departemen Komunikasi Bank Indonesia (Dekom BI) kembali menyelenggarakan Focused Group Discussion (FGD) Bagi Akademisi dan Peneliti se-Indonesia (Kamis-Jumat, 2-3/10/25). Kegiatan tersebut diikuti 58 peserta dan  diselenggarakan di Kuta, Bali. Hari pertama kegiatan seluruh peserta mengunjungi industri kian tenun “Agung Bali Collection” yang berlokasi di Jehem, Tembuku, Kabupaten Bangli, Bali (Rabu, 2/9/25).

Seperti diketahui, industri kain tenun di Indonesia adalah sektor kerajinan tekstil yang memproduksi kain tradisional dengan berbagai teknik dan motif, seperti tenun ikat, tenun songket, dan tenun ulos, yang tersebar di beberapa daerah. Industri ini merupakan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat melalui penciptaan lapangan kerja dan pengembangan ekonomi lokal.

Indonesia terkenal dengan beragam jenis kain tenun yang memiliki keunikan motif dan tekniknya. Ragam jenis kain adalah: (1) Tenun Songket yaitu kain mewah yang dihiasi benang emas atau perak, dikenal di Palembang dan daerah lain. (2) Tenun Ikat adalah salah satu jenis tenun paling populer yang populer karena teknik pengikatannya yang khas, dikenal di Klaten, Jawa Tengah.  (3) Tenun Ulos yaitu kain tenun tradisional dari daerah Samosir dan sekitarnya di Sumatra. (4) Tenun Sutra Mandar adalah tenun sutra yang berasal dari etnis Mandar di Polewali Mandar.  (5) Tenun Endek adalah kain tenun tradisional khas Bali dan juga menjaga kelestarian lingkungan.

“Produk kami merupakan kain tenun Endek yang merupakan produk tradisoonal khas Bali”, jelas AA Indra Dwipayani (Ketua kelompok “Tenun Agung Bali”). Menurut Dwipayani, kelompok “Tenun Agung Bali” bergerak dalam bidang pelestari dan pengembangan Tenun Endek Bali.

Tujuan kelompok ini dibentuk sebagai salah satu upaya untuk pelestarian budaya warisan nenek moyang, serta pemberdayaan masyarakat sekitar, sehingga bisa menjadi lebih produktif dan mampu turut serta dalam menggerakan perekonomian masyarakat. “Tenun Agung Bali” berdiri pada tahun 2015 dengan brand “Agung Bali Collection”. Selanjutnya Dwipayani menjelaskan usaha ini bergerak dibidang inovasi dan pengembangan desain tenun ikat pakan atau kain Endek dengan tehnik ikat, air brush dan surface design Endek (Penambahan ornamen di atas permukaan Endek). Juga diproduksi beragam jenis produk turunan berupa pakaian, aksesoris, hingga dekorasi rumah dengan berbahan dasar Tenun Endek Bali.

“Dengan dukungan dan bantuan Bank Indonesia serta pihak lain maka usaha kami dapat berkembang”, ungkap Dwipayani yang juga pemilik “Bali Agung Collection”. Dukungan dan bantuan BI termaksud berupa pelatihan, pendampingan, bantuan peralatan produksi, dan kesempatan untuk mengikuti berbagai event pameran di dalam dan luar negeri, termasuk event Karya Kreatif Indonesia (KKI). Berbagai inovasi dukungan BI tersebut  difokuskan untuk menuju “go digital” dan “go export”. Di samping itu prinsip korporatisasi juga diterapkan oleh BI untuk memperkuat UMKM.

Korporatisasi UMKM oleh BI adalah strategi untuk memperkuat UMKM dengan membentuk mereka menjadi badan usaha atau kelompok usaha yang lebih besar dan profesional, seperti membentuk klaster atau koperasi, agar dapat mencapai skala ekonomi (economies of scale). Tujuan korporatisasi adalah meningkatkan daya saing, memperluas akses pasar, dan memudahkan akses pembiayaan sehingga UMKM dapat “naik kelas” menjadi usaha profesional dan berdaya saing di pasar domestik dan global.

Usaha kain tenun “Bali Agung Collection” sudah mampu pada tahapan “go digital” dan “go export”. Hal tersebut terbukti, mayoritas pemasaran produk dilakukan melalui pemasaran digital /penjualan online, termasuk melalui market place. Di samping itu, produknya juga mampu menembus pasar ekspor di beberapa negara. Untuk diketahui harga produk “Bali Agung Collection” mulai Rp 180 ribu sampai dengan Rp 10 juta”.

Setelah mengunjungi dan berdiskusi di Kelompok “Tenun Bali Agung”, seluruh peserta mengunjungi “Alas Harum” di Kawasan Ubud, Tegallalang, Kabupaten Gianyar. “Alas Harum” menawarkan pemandangan alam yang menakjubkan dan udara segar yang menyegarkan. Tempat tersebut juga menawarkan berbagai aktivitas menarik bagi pengunjungnya. “Tempat wisata tersebut juga menyediakan sajian kopi dan teh yang  nikmat”, ungkap Y. Sri Susilo (Dosen FBE UAJY), salah satu peserta FGD Akademisi dan Peneliti yang diundang Dekom BI, dalam rilisnya kepada media.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *