Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Sultan HB X: Tantangan Besar Industri Tekstil ke Depan

JOGJA, iseijogja.org – Dalam rangkaian acara ITMF Annual Meeting 2025 / IAF Fashion Convention 2025 di Yogyakarta 24-25 Oktober 2025, juga diselenggarakan Royal Welcome Dinner di Pendopo Agung, Royal Ambarrukmo (Kamis, 23/10/25).

Sri Sultan HB X memberikan sambutan di Royal Welcome Dinner ITMF & IAF Annual Meeting 2025

JOGJA, iseijogja.org – Dalam rangkaian acara ITMF Annual Meeting 2025 / IAF Fashion Convention 2025 di Yogyakarta 24-25 Oktober 2025, juga diselenggarakan Royal Welcome Dinner di Pendopo Agung, Royal Ambarrukmo (Kamis, 23/10/25). Acara tersebut diselenggarakan Badan Pengurus Pusat Asosiasi Pertekstilan Indonesia (BPP API) dan didukung oleh Badan Pengurus Daerah API DIY (BPD API DIY).

Hadir dalam acara tersebut Sri Sultan Hamengku Buwana X (Gubernur DIY), Jemmy Kartiwa Sastraatmaja (Ketua Umum BPP API 2025-2026), Suyatman Nainggolan (Ketua BPS API DIY), Robby Kusumaharta (Penasehat BPD API DIY), Sri Darmadi Sudibyo (Kepala BI DIY), Eko Yunianto (Kepala OJK DIY), dan sejumlah pengurus ITMF, IAF, BPP API dan BPD API DIY. Acara tersebut juga dihadiri oleh 350 peserta pertemuan tahunan ITMF dan IAF.

“Industri tekstil ke depan menghadapi beberapa tantangan besar”, ungkap Sri Sultan Hamengku Buwana X. Tantangan termaksud adalah: Pertama, tekanan keberlanjutan yang multidimensi, di mana munculnya tuntutan transformasi radikal dari ekonomi linear menuju ekonomi sirkular yang regeneratif, akibat perubahan iklim. “Tantangan ini tidak hanya tentang mengurangi limbah, tetapi juga menekan konsumsi air yang masif, polusi mikroplastik, dan emisi karbon dari rantai produksi global,” jelas Gubernur DIY.

Tantangan yang kedua adalah disrupsi digital dan kesenjangan teknologi. Dinyatakan Sri Sultan, revolusi industri 4.0 membawa otomasi, AI (Artificial Inteligence), dan Blockchain yang mengubah lanskap produksi. Kondisi tersebut menjadikan jurang antara perusahaan besar dan UMKM yang kesulitan mengakses teknologi, justru berpotensi menciptakan kesenjangan yang mengancam keberlangsungan pelaku industri tradisional.

Tantangan ketiga adalah kompleksitas rantai pasok global, di mana dimungkinkan efisiensi, tetapi menciptakan kerentanan terhadap guncangan. Mulai dari pandemi, konflik geopolitik, hingga fluktuasi harga bahan baku global. “Berangkat dari tantangan tersebut, visi ke depan mengharuskan untuk berpikir secara ekosistem, bukan hanya sektor. Kolaborasi yang dibangun melalui pertemuan ini, harus melampaui batas-batas konvensional”, tegas Sri Sultan.

“Industri tekstil di masa depan adalah kolaborasi antara data saintifik dan maestro tenun, antara insinyur bioteknologi dan perajin tradisional, antara regulator yang visioner dan pelaku industri yang gesit”, ungkap Gubernur DIY. Berkaitan denmgan hal tersebut, Sri Sultan mengajak bersama untuk membangun peta jalan menuju “Textile 5.0”, sebuah era di mana industri ini menjadi pionir dalam keberlanjutan, inklusivitas, dan kecerdasan buatan, tanpa kehilangan jiwa dan jati dirinya.

Selanjutnya Jemmy Kartiwa Sastratmaja menginfokan, ITMF and IAF Annual Meeting 2025 ini diikuti oleh sekitar 350 tamu, yang terdiri dari 268 tamu mancanegara dan 89 tamu dari dalam negeri. Pertemuan ini akan menjadi forum untuk  saling bertukar informasi dan pengetahuan serta merumuskan berkelanjutan industri tekstil dunia.

“Dalam acara marilah kita bersama merayakan komitmen memajukan salah satu sektor penting di dunia, melalui kolaborasi dan saling belajar tanpa batasan. Tentu semua ini demi mewujudkan cita-cita bersama untuk masa depan keberlanjutan industri tekstil maupun pakaian jadi,” harap Jemmy Kartiwa. Menurut Jemmy, tema ITMF and IAF Annual Meeting 2025 adalah “Menavigasi Ketidakpastian dan Mengadopsi Teknologi, Jalan Menuju Kekuatan Berkelanjutan dalam Industri Tekstil dan Pakaian Jadi”.

Yogyakarta dipilih sebagai tempat penyelenggaraan karena dinilai memiliki kekuatan kekayaan warisan seni, kerajinan, dan kreativitasnya. “Yogyakarta juga dikenal memiliki esensi industri tekstil dan fashion yang mempertemukan tradisi dengan inovasi. DIY juga dikenal sebagai pusat produsen tekstil dan garmen yang maju berkembang, sehingga perlu mendapatkan perhatian dari pemangku kepentingan,” jelas Jemmy Kartiwa. “Pada acara Royal Welcome Dinner ini digelar pula “Eksibisi Batik Dalam Daur Hidup” oleh Afif Syakur dan peragaan busana yang dipersembahkan oleh BPD API DIY”, jelas Y. Sri Susilo (Ketua Bidang Ekonomi BPD API DIY) dalam rilisnya kepada media.

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *